Tataniaga: Rantai Tataniaga
Rantai Tataniaga
Produsen dalam kegiatan memasarkan produk atau
jasanya memerlukan saluran pemasaran. Tataniaga menurut Abdul Kadir Hamid
(dalam Yogi dan Rantaningtyas, 2012: 111) adalah pelaksanaan kegiatan usaha dan
niaga yang ditunjukkan untuk mengalirkan barang dan jasa dari titik produksi ke
titik konsumsi.
Proses tataniaga sebagai suatu proses
mengalirkan barang dan jasa dari titik produksi ke titik konsumsi sebenarnya
sangat kompleks, karena melibatkan banyak sekali lembaga tataniaga dengan
berbagai saluran. Pada tulisan kali ini yang akan dijadikan contoh adalah
komoditas peternakan. Sebenarnya proses tataniaga pada komoditi peternakan
sangatlah beragam. Tetapi apabila disederhanakan maka proses tataniaga pada
komoditi ternak dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses tataniaga dimulai dari peternak, sebagai produsen hasil peternakan. Sesudah memanen ternak yang dibudidayakan, maka peternak tersebut akan melakukan proses penjualan. Proses penjualan merupakan salah satu fungsi dari tataniaga. Peternak akan mencari informas pasar dan akan mencari calon-calon pembeli yang dianggap berpotensi menghasilkan keuntungan bagi petani tersebut.
Ada peternak yang sudah dkontrak dengan
pedagang. Hal ini disebut dengan sistem ijon dan tebasan. Para petani yang
bukan menjual kepada pengijon atau tebasan maka petani harus mencari informasi
siapa kira-kira individu atau lembaga yang dapat membeli dengan harga
tertinggi. Pada realitasnya, walaupun pembeli tersebut dapat membeli dengan
harga yang lebih tinggi belum tentu petani dapat memenuhinya jika pemebli tersebut
menginginkan kualitas atau kuantitas tertentu yang tidak dapat disanggupi oleh
peternak, ataupun jika sanggung namun biaya yang dikeluarkan oleh peternak
tidak sebanding dengan biaya penyampaiannya, maka biasanya petani lebih bak
menjual kepada pedangan yang walaupun harganya lebih rendah tapi tidak menuntut
kualitas dan perlakuan tertentu.
Pedagang yang tidak
banyak menuntut serta biaya penyampaiannya rendah disebut dengan pedangan pengumpul. Pedagang atau yang biasa disebut
tengkulak ini mengumpulkan hasil budidaya peternak untuk dijual ke pedagang
yang besar. Dengan demikian, pedagang pengumpul ini pada umumnya merupakan
tempat penjualan pilihan dari para peternak karena paling mudah diakses.
Sebagian peternak yang memapu memenuhi kualitas dan persyaratan tertentu
menjual ke pedagang besar atau lembaga lainnya.
Setelah pedagang
pengumpul membeli banyak produk peternakan dari peternak, bila dirasa cukup
banyak untuk dijual sesuai dengan keinginan pedagang besar, maka hasil
peternakan tersebut dijual ke pedagang besar. Sebenarnyapedagang besar dapat membeli langsung ke petani,
tetapi umumnya dalam jumlah besar dengan kualitas dan syarat tertentu sehingga
hanya petani besar saja yang sanggup, sedangkan peternak kecil tidak sanggup
memenuhi keinginan pedagang besar.
Produk hasil peternakan tersebar di berbagai
lokasi usaha budidaya dengan hasil kecil-kecil. Selanjutnya hasil budidaya
peternakan yang tersebar dan kecil-kecil itu dikumpulkan oleh pedagang
pengepul. Kemudian oleh pedagang pengempul yang tersebar dikumpulkan kembali
oleh dalam bentuk lebih besar dan terpusat di pedagang besar. Proses dari
petani yang tersebar ke pedagang besar yang terpusat disebut prosespengumpulan
(Yogi dan Rantaningtyas, 2012: 117)
Pedagang besar kemudian
menjual ke pedagang pengecer. Penjualan kepada
pedagang pengecer dilakukan karena konsumen umumnya membeli produk peternakan
dalam jumlah relative kecil. Pedagang pengecer ada yang berada di jongko-jongko
di pasar tradisional dan ada juga yang berkeliling ke rumah-rumahkonsumen.
Proses tataniaga sebenarnya dapat lebih
panjang dari pemaparan di atas, contohnya untuk komoditas peternakan yang
diolah menjadi pecel ayam misalnya, maka tataniaga bertambah satu setelah
pedagang pengecer bertambah satu lagi yaitu pedagang pecel ayam baru kemudian
ke konsumen akhir.
Kepustakaan:
Yogi dan Sudrajati
Rantaningtyas, 2012. Pengantar Ekonomi Pertanian.
Bandung: Penerbit ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar