Jumat, 23 September 2016

Tataniaga : Rantai Tataniaga, Ilmu Pemasaran

Tataniaga: Rantai Tataniaga

Rantai Tataniaga
Produsen dalam kegiatan memasarkan produk atau jasanya memerlukan saluran pemasaran. Tataniaga menurut Abdul Kadir Hamid (dalam Yogi dan Rantaningtyas, 2012: 111) adalah pelaksanaan kegiatan usaha dan niaga yang ditunjukkan untuk mengalirkan barang dan jasa dari titik produksi ke titik konsumsi.
Proses tataniaga sebagai suatu proses mengalirkan barang dan jasa dari titik produksi ke titik konsumsi sebenarnya sangat kompleks, karena melibatkan banyak sekali lembaga tataniaga dengan berbagai saluran. Pada tulisan kali ini yang akan dijadikan contoh adalah komoditas peternakan. Sebenarnya proses tataniaga pada komoditi peternakan sangatlah beragam. Tetapi apabila disederhanakan maka proses tataniaga pada komoditi ternak dapat digambarkan sebagai berikut:
Description: image002

Proses tataniaga dimulai dari peternak, sebagai produsen hasil peternakan. Sesudah memanen ternak yang dibudidayakan, maka peternak tersebut akan melakukan proses penjualan. Proses penjualan merupakan salah satu fungsi dari tataniaga. Peternak akan mencari informas pasar dan akan mencari calon-calon pembeli yang dianggap berpotensi menghasilkan keuntungan bagi petani tersebut.
Ada peternak yang sudah dkontrak dengan pedagang. Hal ini disebut dengan sistem ijon dan tebasan. Para petani yang bukan menjual kepada pengijon atau tebasan maka petani harus mencari informasi siapa kira-kira individu atau lembaga yang dapat membeli dengan harga tertinggi. Pada realitasnya, walaupun pembeli tersebut dapat membeli dengan harga yang lebih tinggi belum tentu petani dapat memenuhinya jika pemebli tersebut menginginkan kualitas atau kuantitas tertentu yang tidak dapat disanggupi oleh peternak, ataupun jika sanggung namun biaya yang dikeluarkan oleh peternak tidak sebanding dengan biaya penyampaiannya, maka biasanya petani lebih bak menjual kepada pedangan yang walaupun harganya lebih rendah tapi tidak menuntut kualitas dan perlakuan tertentu.
Pedagang yang tidak banyak menuntut serta biaya penyampaiannya rendah disebut dengan pedangan pengumpul. Pedagang atau yang biasa disebut tengkulak ini mengumpulkan hasil budidaya peternak untuk dijual ke pedagang yang besar. Dengan demikian, pedagang pengumpul ini pada umumnya merupakan tempat penjualan pilihan dari para peternak karena paling mudah diakses. Sebagian peternak yang memapu memenuhi kualitas dan persyaratan tertentu menjual ke pedagang besar atau lembaga lainnya.
Setelah pedagang pengumpul membeli banyak produk peternakan dari peternak, bila dirasa cukup banyak untuk dijual sesuai dengan keinginan pedagang besar, maka hasil peternakan tersebut dijual ke pedagang besar. Sebenarnyapedagang besar dapat membeli langsung ke petani, tetapi umumnya dalam jumlah besar dengan kualitas dan syarat tertentu sehingga hanya petani besar saja yang sanggup, sedangkan peternak kecil tidak sanggup memenuhi keinginan pedagang besar.
Produk hasil peternakan tersebar di berbagai lokasi usaha budidaya dengan hasil kecil-kecil. Selanjutnya hasil budidaya peternakan yang tersebar dan kecil-kecil itu dikumpulkan oleh pedagang pengepul. Kemudian oleh pedagang pengempul yang tersebar dikumpulkan kembali oleh dalam bentuk lebih besar dan terpusat di pedagang besar. Proses dari petani yang tersebar ke pedagang besar yang terpusat disebut prosespengumpulan (Yogi dan Rantaningtyas, 2012: 117)
Pedagang besar kemudian menjual ke pedagang pengecer. Penjualan kepada pedagang pengecer dilakukan karena konsumen umumnya membeli produk peternakan dalam jumlah relative kecil. Pedagang pengecer ada yang berada di jongko-jongko di pasar tradisional dan ada juga yang berkeliling ke rumah-rumahkonsumen.
Proses tataniaga sebenarnya dapat lebih panjang dari pemaparan di atas, contohnya untuk komoditas peternakan yang diolah menjadi pecel ayam misalnya, maka tataniaga bertambah satu setelah pedagang pengecer bertambah satu lagi yaitu pedagang pecel ayam baru kemudian ke konsumen akhir.
Kepustakaan:
Yogi dan Sudrajati Rantaningtyas, 2012. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bandung: Penerbit ITB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar